Manado –ย Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga Sulawesi Utara (Sulut) untuk mewaspadai dampak cuaca ekstrem yang bakal terjadi hingga beberapa hari kedepan.

Sesuai prediksi BMKG, hampir semua kabupaten dan kota di Sulut masih berpotensi dilandaย cuaca ekstrem.

“BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem hingga 14 September 2025,” ujar Koordinator Bidang Operasionalย BMKGย Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, Manado, Astrid Y Lasut, Rabu (10/9/2025).

Dia mengungkapkan, gelombang Kelvin dan Equatorial Rossby diperkirakan melewati wilayahย Sulawesi Utaraย sehingga berkontribusi terhadap peningkatan massa udara basah.

Selanjutnya, kata Astrid, belokan angin dan konvergensi berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Sulut. Sementara, labilitas lokal yang kuat mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di beberapa wilayah Sulawesi Utara.

“Waspada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, serta peningkatan akumulasi curah hujan harian,” tutur Astrid.

Dia mengatakan, kondisi cuaca ekstrem berpeluang terjadi pada Kamis (11/9/2025) di Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

“Selanjutnya, pada Jumat 12 September 2025 berpotensi terjadi di Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Talaud,” terang Astrid.

 

Waspada Cuaca Ekstrem Selanjutnya

Kemudian, lanjut Astrid, pada Sabtu 13 September 2025, kondisi cuaca ekstrem dapat terjadi di Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

“Lalu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan Kabupaten Kepulauan Talaud,” papar dia.

“Sedangkan pada Minggu 14 September, kondisi cuaca ekstrem diprakirakan terjadi di 15 kabupaten dan kota di wilayah Sulawesi Utara,” tutup Astrid.

Sebelumnya, Banjir menerjang sejumlah wilayah di Provinsi Bali. Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyebutkan, sebagian besar kabupaten kota di Bali mengalami curah hujan lebat hingga ekstrem di atas 150 milimeter per hari, pada periode 9-10 September 2025.

“Dalam tiga hari kedepan masih berpotensi terjadi hujan ringan hingga sedang di sebagian besar wilayah Bali,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Cahyo Nugroho di Denpasar, Rabu 10 September 2025.

Analisis BMKG Penyebab Hujan Ekstrem Bikin Bali Dikepung Banjir

Berdasarkan hasil pantauan, hujan turun sejak Selasa (9/9) di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Klungkung dan Karangasem dalam kategori lebat di atas 50 milimeter (mm) per hari hingga kategori ekstrem di atas 150 mm.

Hujan tersebut bahkan berlanjut hingga Rabu pagi ini, hingga menyebabkan bencana hidrometeorologi, di antaranya banjir di sejumlah titik.

Dia menambahkan, dari analisis dinamika atmosfer menunjukkan kondisi ekstrem tersebut dipicu oleh aktif gelombang ekuatorial Rosby yang berdampak memicu pertumbuhan awan konvektif atau awan hujan.

Selain itu, ada juga kelembaban udara dalam kategori lembab hingga lapisan 200 milibar (mb) atau hingga 12.000 meter.

“Kondisi itu mendukung pembentukan awan konvektif dengan puncak awan yang tinggi sehingga menimbulkan hujan lebat disertai kilat atau petir,” ucapnya.

Sementara itu, banjir terjadi di sejumlah titik di Denpasar, di antaranya di permukiman Pura Demak, kemudian kawasan Pasar Badung yang berada dekat aliran Tukad (Sungai) Badung di Denpasar.

Banjir juga melanda permukiman di Dusun Munduk, Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana mengakibatkan satu orang hilang terseret arus banjir yang saat ini masih dalam pencarian.

Bencana alam di Jembrana itu juga berdampak terhadap lalu lintas vital jalur Denpasar-Gilimanuk sehingga menyebabkan kemacetan di sejumlah titik menuju Pelabuhan Gilimanuk.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali juga mendata di Tabanan dan Karangasem juga terjadi pohon tumbang yang menutup akses jalan dan menimpa kabel listrik.

Gelombang Ekuatorial Rossby

Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III Wayan Musteana menuturkan gelombang ekuatorial Rossby memicu terjadinya cuaca buruk di Bali dalam dua hari terakhir.

“Aktifnya gelombang ekuatorial Rossby di wilayah Bali dan sekitarnya mendukung pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan lebat,” kata Wayan Musteana.

Menurut BBMKG Wilayah III Denpasar, gelombang ekuatorial Rossby atau Rossby Ekuator adalah gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sekitar ekuator.

Apabila gelombang itu aktif, lanjutnya, maka dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah yang dilewati.

BBMKG Wilayah III Denpasar juga memperkirakan kondisi tersebut diprediksi terjadi hingga hari ini dan hari berikutnya tren curah hujan diprediksi akan menurun.

Pihaknya juga memperkirakan kondisi musim saat ini di Bali sudah memasuki musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *